Senin, 26 Oktober 2015

ILMU BUDAYA DASAR (paper 6)



Cerpen Tentang kasih Sayang

Kasih Sayang Ibuku

“Eh, kamu udah pulang nak”. Ucap ibu ku pada ku yang baru saja membuka pintu rumah. “Udah bu”, jawab ku singkat. Aku segera menuju kamar untuk mengganti pakaian. Setelah selesai berganti pakaian, aku langsung menuju meja makan. “Kamu udah laper ya?” tanya ibu ku yang sedang memegang mangkok besar berisi sayur asam. Aku sebenarnya kurang suka dengan sayur asam, tapi mau bagaimana lagi. “Makan yang banyak ya, kamu masih ada dimasa pertumbuhan. Jangan diet. Ngapainlah itu diet. Lagian kamu punya sakit maag. Lebih baik begini” ucap ibu ku sambil melihat tubuhku yang berisi dan pendek. 

Selesai makan aku langsung masuk ke kamar. Dengan malas aku kerjakan tugas-tugas sekolah, daripada semakin menumpuk. Ibuku masuk dan berkata “Oh lagi ngerjain tugas. Kalau capek, jangan maksain. Istirahat dulu.”. “Ya bu” ucapku singkat sambil memandang tugas-tugasku. Ku dengar ibuku melangkah menjauh menuju pintu dan kudengar pintu kamarku di tutup.

Entah berapa lama aku mengerjakan tugas, tiba-tiba tenggorokanku terasa tidak enak. Badanku pun tidak enak. Aku merasa agak pusing. Jadi ku putuskan untuk beristirahat sebentar. Aku harap badanku segera segar kembali. 

“Kak. Kakak.” Ketika aku membuka mata, aku melihat adik ku disebelahku. Ternyata sedari tadi dia berusaha untuk membangunkanku. “Kak, kakak sakit ya? Ini badannya panas.” Ucap adikku. “Gak tau nih dik, kakak sakit badan nih.” Ucapku.  Aku bangun dari tempat tidurku dan melihat tugasku yang belum selesai. Masih banyak dan berantakan. Aku hanya menghela nafas. Aku dan adikku berjalan menuju meja makan. Aku melihat ayahku membaca koran di sofa dekat meja makan. Lalu aku mengalihkan pandanganku kepada ibu. Ibu ternyata sudah melihatku duluan. “Besok kamu gak usah sekolah ya. Nanti surat sakitnya ayah yang antar ke sekolah.” ucap ibu ku. “Ya bu” jawab ku singkat. Aku tidak bisa menolak karena aku benar-benar sakit. 

Selesai makan aku langsung pergi ke kamarku. Ibu ku menyusul. “Besok kita ke dokter ya, berobat”. Ucap ibuku sambil memegang dahiku. Aku hanya mengangguk. Aku naik ke tempat tidurku dan tidur. Entah jam berapa aku tidak tahu, tiba-tiba aku batuk dengan hebatnya. Aku segera mengambil minum ke dapur. Ibu ku datang dan bertanya “Kenapa kamu?”. Setelah selesai minum aku menjawab, “Tenggorokkanku tiba-tiba gatal”. Setelah itu, ibuku menyuruhku untuk kembali ke kamar. Aku kembali dan ternyata ibuku membawakan segelas air hangat untukku. “makasih bu” ucapku pada ibu. Ibuku hanya memandangiku. 

Keesokkan harinya setelah aku diperiksa, ibu ku berkata ”Makanya, kamu tuh jangan jajan sembarangan, jangan terlalu diporsir kalau belajar. Biasa aja. Ibu gak pernah nuntut kamu buat jadi juara kan? Ibu hanya berharap kamu menjalani pendidikan kamu dengan baik. Jadi anak yang baik. Gak malu-maluin orang tua.”. aku hanya mendengar ucapan ibuku tanpa melihat kearahnya. Aku hanya memandang lantai rumah sakit yang putih bersih. 

Setelah sampai di rumah, aku langsung menuju kamar. Aku beralasan kalau aku ingin kembali beristirahat. Padahal setelah aku menutup pintu, aku menangis terharu dengan ucapan ibu ku. Ibu ku memang tidak pernah menuntut apa-apa dari ku. aku mengintip dari pintu kamar ku. aku melihat ibu ku yang menghela nafas panjang sembari membereskan dapur. Kata-kata ibu ku sederhana. Tapi entah kenapa sangat dalam rasanya bagiku. Ketika semalam aku bangun karena terbatuk, ibuku datang menghampiri ku, aku melihatnya memakai sandal yang berbeda kanan dan kirinya. Ia memakai sendal ayahku di sebelah kiri. Ibuku tidak menyadarinya. 

Aku menangis di dekat pintu kamarku. Tiba-tiba ibu ku datang dan terkejut karena melihat aku menangis. Aku hanya melihat wajahnya tanpa berkata apa-apa. “Astaga kamu kenapa lagi?” tanya ibu ku yang berjongkok di depanku. Dengan susah payah aku berkata, “Makasih bu”. Ibuku yang mendengarnya hanya diam memandangku dengan heran. Lalu ibuku memelukku dan berkata “Iya nak, jangan nangis lagi. kamu kan udah besar”. Aku tidak peduli mau berapapun umurku, aku ingin menangis. Aku ingin seperti ini. Aku menyayangi ibu.

0 komentar:

Posting Komentar

 
Copyright 2009 simple stories. Powered by Blogger
Blogger Templates created by Deluxe Templates
Wordpress by Wpthemescreator
Blogger Showcase