Selasa, 19 Desember 2017

AUTOBIOGRAFI



Nama saya Sarah Apriani, biasa dipanggil Sarah, nama lengkap saya adalah Sarah Apriani Adam. Adam adalah marga ayah saya, namun saya tidak menggunakan marga karena ada kesalahan dalam pembuatan akta kelahiran dan saat SD ketika akan dibuatkan Ijasah dan sebagainya untuk tanda tamat belajar SD, guru saya mempertanyakan masalah nama dan singkat cerita diputuskan untuk menggunakan nama Sarah Apriani saja. Saya dilahirkan di RS PMI Bogor, tanggal 7 April 1997. Aku adalah anak pertama dari dua bersaudara, selisih usia antara saya dan adik perempuan saya adalah tiga tahun. Jika ada orang yang baru melihat kami untuk pertama kali, terkadang orang salah mengira, mereka berpikir sayalah sang adik dikarenakan fisik saya yang lebih kecil atau dengan kata lain saya ini lebih pendek dari adik saya.
Ayah saya adalah seorang Rohaniawan, beliau melayani di gereja di lingkungan rumah kami. Ibu saya adalah seorang PNS, beliau bekerja di RSPG Cisarua-Bogor dan rumah yang kami tempati sekarang adalah rumah dinas milik rumah sakit dimana ibu saya bekerja. Sudah lebih dari 20 tahun orang tua saya menempati rumah ini. Saya tumbuh di lingkungan kompleks rumah sakit yang tergolong sepi dan tenang. Letak kompleks berada di belakang rumah sakit. Jarak antara rumah saya dengan jalan raya tidak begitu jauh namun harus melewati dua tanjakan yang lumayan tinggi dan lumayan melelahkan. Jalan untuk kompleks berbeda dengan jalan masuk ke rumah sakit, terdapat pagar yang membatasi antara rumah sakit dengan kompleks. Jika sudah melewati tanjakan terakhir, maka kepala saya akan segera terlindung dari sinar matahari, karena daun-daun pepohonan menghalangi cahaya matahari, namun hanya disatu tempat saja yang seperti itu, selebihnya pepohonan memang ada namun dahannya tidak sampai kejalan sehingga cahaya matahari dapat langsung mengenai kepala. Saya harus melalui guest house, gedung serba guna dan gedung penginapan milik rumah sakit sebelum tiba di rumah. Rumah saya tepat berada di samping salah satu gedung penginapan. Di depan rumah saya terdapat satu lagi gedung penginapan dengan ruang pertemuan di dalamnya. tidak heran kalau suasana kompleks sepi, terlebih kalau tidak ada tamu yang menempati gedung-gedung tersebut.
            Terdapat tembok pembatas dengan gerbang kecil yang membatasi antara lingkungan kompleks dengan lingkungan luar, dibalik tembok tersebutlah terdapat TK dan SD yang menjadi tempat saya menimba ilmu. Selama saya TK dan SD, saya hanya perlu melewati gerbang kecil itu saya dan tibalah saya seketika di SD saya, sungguh praktis. Saya masuk TK Pertiwi pada usia 6 tahun. Ada hal lucu yang selalu saya ingat, mengenai bagaimana bingungnya saya yang sedang duduk di sofa menonton kartun dengan mainan berserakan dilantai tiba-tiba dikejutkan dengan kedua orangtua saya yang membenahi mainan saya dengan terburu-buru, saya hanya menyaksikan dengan kebingungan dan orangtua saya berkata saya harus mandi dan pergi ke TK, saya tidak mengerti apa yang orangtua saya katakan waktu itu. Setibanya di TK saya hanya bingung melihat banyak anak-anak seumuran saya dan beberapa orang dewasa. Saya tidak ingat apa yang saya lakukan dihari pertama di TK waktu itu, yang pasti saya tidak menangis, setelah dipikirkan dahulu saya adalah anak yang selalu menikmati apapun yang saya hadapi. Selama di TK saya belajar banyak hal baru yang belum pernah saya lakukan di rumah. Saya diajarkan mengenali tulisan nama sendiri dengan membalik bentuk buah atau hewan yang berisikan nama saya. Saya belajar menulis angka, menulis huruf, membaca, berhitung, melakukan hal-hal kerajinan, seperti misalnya menempelkan potongan-potongan kecil kertas origami berwarna-warni pada kertas berpola hewan tertentu dan sebagainya. Dari masa TKlah kreativitas saya mulai terasah. Di TK saya sangat senang memainkan balok-balok, terkadang saat istirahat, saya tidak ikut bermain ayunan dan sebagainya, saya memainkan balok-balok dengan berbagai bentuk seorang diri saja. Saya membentuk rumah-rumahan dan saya ingat ada dua teman yang saya tidak tahu namanya, menghampiri saya dan memuji hasil karya saya, saya sangat bangga waktu itu dan menepuk kedua telapak tangan saya seperti sedang membersihkan debu yang menempel ditangan. Saya masih ingat sampai sekarang betapa bangganya saya dengan diri saya sendiri waktu itu. Memang saya merasa bahwa dahulu kepercayaan diri saya sangat tinggi. Satu tahun berlalu dengan cepat dan saya keluar dari TK.
Tahun 2003 saya memasuki bangku SD, saya bersekolah di SD Cibeureum 1 yang letaknya bersebelahan dengan TK Pertiwi. Di SD saya menghadapi lebih banyak teman, pada awal masuk kami duduk berempat untuk satu meja dengan bangku panjang. Di kelas satu SD saya belajar yang lebih kompleks dari TK, mulai menghitung ‘kalibataku’, membaca banyak tulisan dan sebagainya. Ketika naik ke kelas dua, disuatu hari saya diberi tugas menggambar, di situlah saya baru pertama kali diberikan saran-saran bagaimana peletakkan objek-objek dalam gambar dan bentuknya agar gambar menjadi lebih bagus lagi. Disitulah saya belajar menggambar yang lebih realistis lagi. Tahun 2009 saya lulus SD. Di usia SD ini saya snagat menyukai menggambar dan mewarnai, saya sedang menggambar gunung, rumah dan juga peri-peri, bahkan waktu SD saya memiliki cita-cita menjadi seorang pelukis.
Tahun 2009 saya masuk SMP, SMP yang saya pilih adalah Mardi Yuana di Cipanas, ya, saya sekolah di kabupaten yang berbeda, saya tinggal di kabupaten Bogor, sekolah saya berada di kabupaten Cianjur. Setiap sekolah saya selalu melewati puncak, melihat kebun teh yang luas nan hijau setiap harinya, seakan perjalanan saya kesekolah adalah naik turun gunung. Selama SMP saya menggunakan kendaraan kol mini atau L300. Yang unik adalah, sebelum saya menginjak usia SMP, saya pernah berkata pada ayah saya bahwa saya tidak suka dengan L300, tidak nyaman rasanya. Tapi takdir mengharuskan saya untuk menggunakan kendaraan itu setiap bersekolah. Setiap hari adalah petualangan baru bagi saya, dikendaraan itu didominasi oleh orang dewasa, tak jarang orang bertanya dimana sekolah atau rumah saya, dan tak jarang dari mereka yang bertanya heran dan bertanya kenapa saya bersekolah jauh sekali. Di SMP saya pernah mendapat tugas untuk membuat tas dari dus yang memerlukan kreativitas dan keterampilan, lalu saya juga pernah mendapat tugas membuat suatu bentuk dari sabun batangan, dan kedua tugas tersebut saya merasa bahwa saya tidak maksimal, teman saya mampu membuat yang lebih bagus dari saya, disitu saya merasa sedih. Saya sangat menyukai lingkungan sekolah saya, sangat tenang dan sejuk, sangat pas untuk belajar. Di masa SMP pula saya belajar presentasi untuk pertama kalinya. Mendapat tugas drama untuk pertama kalinya. Saya mengikuti ekstrakulikuler pramuka karena itu wajib, lalu saya juga mengikuti ekstrakulikuler drumband, saya menyukai ekskul ini, pada awalnya saya memegang pianika, saat naik kelas saya memegang belira, rasanya ada suatu kebahagiaan sendiri saat bermain belira. Saya sudah mengikuti beberapa penampilan, diantaranya, di Kota Bunga Cipanas, di Taman Safari Cisarua dan di suatu sekolah di daerah Cugenang kalau tidak salah. Pada masa SMP ini hobi saya adalah membaca novel, nyaris setiap hari saya pergi ke perpustakaan, hampir setiap hari waktu senggang  saya habiskan untuk membaca, dan tidak jarang begadang karena penasaran dengan cerita dalam novel itu.
Tahun 2012 saya memasuki bangku SMA, saya bersekolah di SMA Negeri 1 Ciawi. Ayah saya agak kerepotan mengurus pendaftaran sekolah saya, karena masalah perbedaan kabupaten SMP dan kabupaten SMA yang saya masuki. Tapi puji Tuhan semua berjalan lancar. Saat akan naik ke kelas dua SMA, saya disarankan oleh guru BK untuk masuk kejurusan IPS, melihat dari hasil rapot saya dimana nilai IPS lebih tinggi dari nilai IPA. Jadilah saya masuk ke kelas IPS 1. Saya belajar seperti biasanya, namun ada yang berbeda, yaitu pelajaran bahasa Inggris, kelasnya tidak seperti kelas bahasa lainnya. Guru yang bersangkutan pernah mengajarkan ungkapan kemarahan, uniknya bagi kami yang mau nilai tambahan dan berani maju, kita diminta untuk berakting  seolah sedang marah. Lalu pernah juga kami diperlihatkan sebuah video dan kami harus menentukan judul yang tepat. Bagi kami yang memilih judul yang sama dengan judul-judul pilihan guru tersebut, kami akan mendapat nilai tambahan, senangnya saat itu, saya menentukan judul yang terdapat dalam daftar  judul pilihan sang guru. di kelas dua juga saya pernah mendapat tugas menciptakan lagu beserta nadanya dan menyanyikan di depan kelas, saya merasa beruntung karena saat saya maju, teman-teman kelas yang lain sibuk dengan lagunya masing-masing sehingga hanya guru seni musik dan satu teman saya yang mendengar. Hal yang paling tidak saya duga adalah bahwa saya menjadi peringkat pertama di kelas, mengalahkan juara bertahan waktu kelas satu. Saya percaya tidak percaya, tapi setelah saya pikirkan, ternyata benar guru BK waktu itu, tidak salah menyarankan saya masuk IPS. Namun, pernah terlintas beberapa kali dalam pikiran saya, bagaimana jika saya masuk IPA, mungkin saya akan tertinggal atau kesusahan, saya pernah merasa bahwa apa yang saya dapatkan bukanlah apa apa dibanding dengan anak-anak IPA. Hingga pada masa akhir sekolah saya di SMA, guru yang berwenang mengeluarkan nilai total masing-masing murid, ketika itu saya dan teman kelas lainnya sedang berada dalam laboratorium komputer, guru yang bersangkutan sudah keluar, tiba-tiba teman saya, yang merupakan salah satu murid terpintar datang memegang kertas dan bertepuk tangan tanpa suara, menggeleng-gelengkan kepala dan berkata “Gila, gila”. Kami hanya penasaran kabar apa yang dia ingin sampaikan dan ternyata dia membawa kertas nilai khusus untuk jurusan IPS angkatan saya, saya terkejut, nama saya ada dibagian paling atas, nomor satu. Dan mengalahkan juara umum jurusan IPS. Kok bisa? Itulah pikiran saya, guru datang lagi dan saya bertanya, apa ini mungkin, saya mengalahkan juara umum. Beliau berkata mungkin, berarti nilai saya lebih stabil dibanding yang lain. Saya merasa senang dan bersyukur bisa merasakan hal semacam ini. Sungguh diluar dugaan saya. Dimasa SMA ini, hobi membaca saya seakan memudar, saya lebih sering nonton, nonton drama lebih tepatnya ataupun mendengarkan lagu.
Hingga pada tahun 2015 saya memasuki bangku perkuliahan, saya masuk ke Universitas Gunadarma jurusan Psikologi. Suatu hal yang menarik perhatian saya sejak SMP adalah Psikologi. Saat ini saya sedang berada disemester 5, waktu berjalan begitu cepat, ada rasa takut akan apa yang harus saya hadapi kedepannya. Tapi ini adalah jalan yang saya pilih, saya harus mempertanggungjawabkan pilihan saya. Saya berharap saya dimampukan oleh Tuhan untuk menjalani kuliah hingga lulus, dan mendapat pekerjaan karena bagaimanapun juga kedepannya sayalah yang harus membiayai biaya kuliah adik saya, mengingat ibu dan ayah saya akan pensiun dari pekerjaan masing-masing sekitar 2 tahun lagi dari sekarang di waktu yang berdekatan.
           
           


Selasa, 28 November 2017

REVIEW JURNAL

KREATIVITAS DAN PRESTASI AKADEMIK

Judul
Relationship between Creativity and Academic Achievement: A Study of Gender Differences
Jurnal
Journal of American Science
Volume dan Halaman
6(1):181-190
Tahun
2010
Penulis
Habibollah Naderi, Rohani Abdullah, H. Tengku Aizan, Jamaluddin Sharir, Vijay Kumar.
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji apakah ada hubungan antara kreativitas dan prestasi akademik dan jika hubungan tersebut berbeda antara laki-laki dan perempuan.
Subjek Penelitian
Seratus lima puluh tiga mahasiswa sarjana Iran di Universitas Malaysia (31,4% perempuan dan 68,6% laki-laki). Usia mereka berkisar antara 18-27 tahun untuk wanita dan 19-27 tahun untuk pria.
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan Cumulative Grade Point Average (CGPA) atau nilai rata-rata kumulatif sebagai proxy prestasi akademik. CGPA dihitung dengan membagi jumlah nilai poin yang diperoleh dari jumlah jam kredit yang dicoba. Prestasi akademis siswa didasarkan pada hasil ujian pertengahan semester mereka. Selain menggunakan CGPA, penelitian ini juga menggunakan Khatena-Torrance Creative Perception Inventory (KTCPI) atau Inventori Persepsi Kreatif Khatena-Torrance untuk mengukur persepsi kreatif mahasiswa sarjana. Instrumen KTCPI terdiri dari dua subskala, yaitu "Sesuatu Tentang Diri Sendiri"  “Something About Myself” (SAM) dan "Apa Jenis Pribadi Anda”  “What Kind of Person Are You” (WKOPAY).
Prosedur
Pertanyaan penelitian yang diajukan untuk penelitian ini mengharuskan mahasiswa untuk mengidentifikasi dan menganalisis distribusi dan korelasi persepsi kreativitas tertentu yang paling tepat ditangani dalam bentuk penelitian deskriptif. Tingkat kreativitas dinilai oleh instrumen laporan sendiri dan dikonfirmasikan dengan mempertimbangkan hasil dari kantor administrasi universitas. Mereka kemudian dibagi berdasarkan jenis kelamin, dengan total skor dan skala subskala dihitung untuk masing-masing pria dan wanita. Sampel peserta, wanita (18-27 tahun) dan pria (19-27 tahun), diminta untuk menanggapi selama kursus reguler. Instruksi tertulis dan lisan diberikan untuk semua peserta, dan subjek siap menjawab pertanyaan yang akan datang di kelas. Uji signifikansi beberapa dilakukan, dan data dianalisis dengan uji-t. Peserta menjawab tes menggunakan nama mereka atau secara anonim (tergantung mana yang mereka sukai). Skor untuk skala kreativitas dan faktor-faktornya, dimasukkan ke dalam program statistik SPSS.
Hasil
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan gender mengenai aspek kreativitas tertentu, terkait dengan prestasi akademik. Aspek kreativitas dan prestasi akademis yang berbeda ternyata signifikan untuk pria dan wanita. Hubungan bisa berubah ketika jenis kelamin berbeda diperiksa dan ketika ukuran kreativitas berbeda digunakan. Dalam penelitian ini, skor rata-rata perempuan lebih tinggi daripada nilai rata-rata laki-laki untuk sensitivitas lingkungan, kekuatan diri, intelektualitas, dan individualitas, namun nilai rata-rata perempuan lebih rendah daripada laki-laki 'untuk inisiatif dan kesenian. Nilai rata-rata umum atau keseluruhan laki-laki lebih besar daripada perempuan dalam penerimaan otoritas, kepercayaan diri, rasa ingin tahu, kesadaran orang lain dan imajinasi yang disiplin. Korelasi untuk kreativitas perempuan negatif dan secara signifikan terkait dengan prestasi akademik untuk komponen prakarsa, kekuatan diri , kesenian, keingintahuan dan imajinasi disiplin. Semua yang lain positif dan berkorelasi signifikan untuk komponen sensitivitas lingkungan, penerimaan otoritas, kepercayaan diri dan kesadaran orang lain. Untuk laki-laki sensitivitas lingkungan dan Prestasi Akademis berkorelasi positif secara, sementara imajinasi yang disiplin, di sisi lain, juga signifikan namun berhubungan negatif dengan prestasi akademik.
Kelebihan
Prosedur penelitian ini tidak rumit dan ditulis dengan jelas. Bahasa yang digunakan oleh peneliti mudah dipahami. Menyertakan hasil dari penelitian yang sebelumnya.
Kekurangan
Prestasi akademik diukur dengan menggunakan rata-rata nilai kumulatif (CGPA) secara umum. Perlu diperluas untuk mencakup nilai yang diberikan oleh mata pelajaran seperti matematika, bahasa, sains, dan lainnya, dan nilai ujian prestasi standar di berbagai bidang studi.

Senin, 16 Oktober 2017

Workshop membuat Poster Bertema Parenting untuk Siswa MA AL BAROKAH Sukabumi

Pernikahan dini merupakan hal yang biasa terjadi di Indonesia bahkan hal ini  masih terjadi sampai masa moderen seperti ini. Kebanyakan para pelaku pernikahan dini tersebut adalah remaja desa yang memiliki tingkat pendidikan kurang. Remaja desa kebanyakan malu untuk menikah pada umur 20 tahun keatas. Anggapan remaja desa lebih memungkinkan untuk menikah diusia muda karena disana ada anggapan atau mitos bahwa perempuan yang berumur 20 tahun keatas belum menikah berarti “Perawan Tua”. 

Persoalan mendasar dari seorang anak perempuan yaitu ketika dia memasuki usia dewasa, banyak orang tua menginginkan anaknya untuk tidak menjadi perawan tua. Menjadi perawan tua bagi kebanyakan masyarakat dianggap sebagai bentuk kekurangan yang terjadi pada diri perempuan. Untuk itu, dalam bayangan ketakutan yang tidak beralasan banyak orang tua yang menikahkan anaknya pada usia muda. Kondisi itulah yang menjadikan timbulnya persepsi bahwa remaja desa akan lebih dulu menikah dari pada remaja kota. Anggapan-anggapan tersebut muncul karena kurangnya pengetahuan dari masyarakat mengenai pentingnya pendidikan bagi remaja. Selain itu, ada juga alasan seseorang menikah dini seperti karena alasan agama, menjaga syahwat agar tersalurkan dengan benar, alasan ekonomi, atau sudah lama berpacaran sehingga penasaran dengan jenjang selanjutnya.

Pernikahan dini memiliki dampak yang cenderung negatif. Menurut sosiolog Universitas Gajah Mada (UGM), Prof. Dr. Partini (dalam berdikarionline, 2016)  perempuan yang menikah di bawah usia 18 tahun berpotensi keguguran, anak dan ibu rentan terhadap penyakit, kualitas anak yang dilahirkan rendah, gizi buruk dan putus Sekolah. Disamping itu, menurut Partini, pernikahan usia dini juga membawa risiko menurunnya kesehatan reproduksi, beban ekonomi yang makin bertambah berat, kekerasan dalam rumah tangga, perceraian, dan bunuh diri. Selain itu, pernikahan usia dini akan berdampak pada kualitas anak, keluarga, keharmonisan keluarga dan perceraian. Karena pada masa tersebut, ego remaja masih tinggi, padahal remaja yang menikah di usia dini harus menjalankan kewajiban-kewajiban yang seharusnya belum mereka lakukan, termasuk mengasuh anak jika mereka sudah punya anak. 

Mengasuh anak bukanlah pekerjaan mudah. Banyak hal yang harus dilakukan dipertimbangkan dalam pengasuhan anak. Karena pola pengasuhan terhadap anak sangat berpengaruh terhadap masa depan sang anak. Pengasuhan anak atau disebut juga parenting, dapat dipelajari, dan memang seharusnya dipelajari oleh calon orangtua maupun orangtua, agar bisa diterapkan pada anak sehingga anak bisa tumbuh dan berkembang menjadi pribadi yang baik. Masalahnya, pendidikan mengenai parenting masih sering disepelekan oleh banyak orang. Sebagian orang menganggap mengasuh anak adalah hal yang remeh. Hal tersebut mengakibatkan munculnya berbagai masalah terkait anak. Salah satu contoh yang akhir-akhir ini marak terjadi adalah anak-anak yang kecanduan gadget.

Berdasarkan pemaparan di atas, kami merasa ini adalah masalah yang penting untuk diatasi. Oleh karena itu, kami bermaksud merancang sebuah kegiatan yaitu “Workshop Membuat Poster Bertema Parenting untuk Siswa MA AL BAROKAH Sukabumi” sebagai sarana edukasi dan sosialiasi mengenai parenting kepada calon orangtua, sekaligus menambah keterampilan mereka di bidang seni.

Tujuan dari program ini yaitu :

1)    Memberikan edukasi mengenai pernikahan dini.
2) Menyampaikan ilmu mengenai parenting, yang diharapkan akan menyebabkan    siswa/remaja:
a)      Menghindarkan siswa/i dari menikah muda, menikah di usia yang dianjurkan.
b)      Seandainya tetap ada remaja yang menkah muda, diharapkan mereka telah memiliki pengetahuan yang cukup mengenai parenting.
3)     Menambah keterampilan siswa/i dalam membuat poster.


Kamis, 29 Desember 2016

Paper Hasil Wawancara Komunitas Online




Paper Hasil Wawancara
Psikologi dan Teknologi Internet





Disusun oleh :
Feisal Luthfiana (17515669)
Paraswati Dewi (15515320)
Sarah Apriani (16515389)
Siti Rahmatunnisa (16515635)


Kelas 2pa01
Fakultas Psikologi
Jurusan Psikologi
Universitas Gunadarma
2016






Cyber Security Community (CSC) BINUS atau Komunitas Cyber Security BINUS adalah sebuah komunitas mahasiswa Universitas Bina Nusantara yang memiliki minat yang sama dan kepedulian di bidang Networking dan Cyber Security. Para penggagas CSC berasal dari School of Computer Science Bina Nusantara University tidak membatasi komunitas ini khusus untuk mahasiswa  School of Computer Science BINUS saja, melainkan terbuka bagi seluruh mahasiswa Universitas Bina Nusantara.
CSC merupakan komunitas untuk belajar bersama, berbagi pengetahuan, dan pengalaman tentang Networking dan Cyber Security. Komunitas yang telah memiliki lebih dari 300 pengikut ini memiliki beberapa kegiatan diantaranya saling berbagi informasi yang menyangkut tentang Networking dan Cyber Security, melakukan workshop, dan akan ada pengabdian yang masih dalam proses.
Untuk bergabung dalam komunitas ini, Samuel W. (Cyber Security, 2015), salah satu pengurus dari komunitas ini menjelaskan bahwa tidak ada persyaratan khusus, “Cukup membayar registrasi pendaftaran saja dan merupakan mahasiswa aktif di Binus University.”
Dalam kegiatannya, CSC melakukan berbagai pertemuan seperti rapat suatu event, kelas belajar yang rutin dilakukan tiga kali dalam seminggu, hingga rapat divisi. Samuel menambahkan, “Untuk pertemuan seluruh anggota tidak rutin, tetapi jika ingin membicarakan hal yang menyangkut internal organisasi maka semua pengurus wajib hadir.”
Selama komunitas ini berdiri, beliau memaparkan beberapa kendala yang pernah dialami, contohnya loyalitas para anggota yang kurang sehingga berdampak pada kurangnya penyaluran ilmu yang diberikan serta terkendala komunikasi dan kebersamaan antar pengurus maupun para anggota.
Samuel kemudian menambahkan, “Tentu ke depannya, kami berharap agar komunitas ini bisa menyalurkan ilmu yang telah didapat secara merata dan para anggota yang tertarik pada bidang Cyber mendapat apa yang diharapkan.”
CSC dapat ditemukan di beberapa media sosial, yaitu Facebook, Twitter, Instagram, dan Line@. Sosial media yang paling sering digunakan adalah Facebook yang berbentuk fanspage dan bersifat publik, sedangkan untuk Line@ bersifat privat.


gambar untuk Cyber Security Community (CSC) BINUS:

 


 


 

























 
Copyright 2009 simple stories. Powered by Blogger
Blogger Templates created by Deluxe Templates
Wordpress by Wpthemescreator
Blogger Showcase